RUMAH SAKIT OTORITA BATAM |
Disaat Menangani Pasien
Uang…YES !
Prikemanusiaan…No !
Tadi pagi kurasa indah sekali, begitu tenang
hatiku. Tiba tiba ketenanganku terusik dengan adanya berita di surat kabar
Kepri Pos yang mengupas soal kelakuan dokter di Batam. Berita ini cukup menarik
yaitu menyangkut kelakuan dokter di kota Batam yang lebih mementingkan uang
daripada rasa prikemanusiaan .
Kuteguk hidangan kopiku agar berita yang kubaca dikoran ini bisa
kucerna. “Sruuuup..uhhh..nikmat sekali kopi ini,” kalau kamu mau buat sendiri
ya..hihihihihi. Setidaknya beginilah cerita singkatnya yang ku tuang ke blog
ini.
Pasien sangat kesakitan
dan sangat membutuhkan pertolongan perawatan dari dokter, namun kenyataanya
banyak dokter yang bertugas di Rumah Sakit Otorita Batam (RSOB) pada mangkir
dalam jam dinasnya. Sehingga banyak pasien yang merasa diterlantarkan dalam hal
perawatan dan pemeriksaan penyakit si pasien. “Kalaupun ada pemeriksaan dokter,
jamnya itu selalu tidak tepat waktunya. Dokter pemeriksa melakukan pekerjaan
dengan sesuka hatinya, akibatnya pasien merasa terlantar dan tidak tertutup kemungkinan
banyak menemui ajal karena lambatnya pertolongan dokter,” ujar salah seorang
pasien.
Selain itu, para keluarga pasien juga banyak yang merasa tidak
nyaman dengan pelayanan di RSOB pada akhir akhir ini. Hal ini masih dalam
seputar permasalahan pelayanan dokter jaga yang selalu tidak berada di tempat
sehingga mereka merasa kesulitan jika ingin mempertanyakan kondisi si pasien
yang terbaring kesakitan diruang opname, buntutnya tentu banyak pasien yang
tidak tetangani dengan cepat. Mengapa banyak dokter di RSOB yang jarang ngantor
?
Keluhan pasien itu menduga kuat jika saat ini
banyak dokter di RSOB yang mangkir dari jam dinasnya, dan hal itu dimungkinkan
karena banyak dokter telah membuka prakhtek atau klinik kesehatan pribadi,
bahkan sebahagian besarnya diklaim mencari objek sampingan di Rumah Sakit swasta
yang ada di kota Batam. “Jadi wajar saja mereka jarang ngantor, karena banyak
yang telah buka klinik sendiri dan berprakhtek di beberapa rumah sakit dengan
honor yang lumayan wah. Biasanya dirumah sakit swasta dalam satu pasienya
mereka mendapat honor seminim minimnya mendapat Rp 30 ribu sampai Rp 50 ribu
satu kali periksa seorang pasien sekali jalan dan paling besar Rp 100 ribu.
Jadi jika dikalikan seratus pasien saja satu hari tentu hasilnya sangat
menggiurkan, dan honor yang mereka terima dari objek sampingan itu dalam setiap
bulanya bisa tiga kali lipat disbanding gaji yang diberi BP Batam. “Kalau
mereka tetap dikantor RSOB hanya digaji menerima gaji buta saja yang tidak
sebanding dengan honor yang diberikan prahktek dirumah sakit swasta,” ujar
salah seorang karyawan BP Kawasan Batam temanku.
RSOB juga sering
dikeluhkan oleh masyarakat kota Batam terkait administrasi. Maksudnya, calon
pasien harus membayar uang jaminan sebelum di obati. Akibatnya, calon pasien
sering terlambat mendapat pertolongan yang pada akhirnya meninggal. Aku
teringat dengan seorang tetanggaku si Aziz saat membawa adiknya yang mengalami
kecelakaan di depan Bank BTN Pelita. Saat itu pihak RSOB meminta uang jaminan,
ditenggarai uang yang diminta tidak cukup hingga adiknya diterlantarkan di
brankar tanpa mendapat pertolongan, hingga akhirnya meninggal dunia tanpa ada
tindakan medis dari pihak RSOB. Aku berharap agar para petugas khususnya dokter
Rumah sakit di kota Batam lebih memikirkan rasa kemaknusiaan dari pada
uang..uang..dan…uang ! (by: OPOSISI KEPRI)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar