Add caption |
GUNA GUNA ISTRI MUDA
Udara pagi sangat sejuk senin itu. Ku
langkahkan kaki ke Rumah Sakit Budi Kemuliaan (RSBK) Batam dengan tujuan
membesuk seorang sobat yang terbaring sakit disebuah ruang pojok lantai dua.
Langkahkupun harus menyusuri lorong lorong RS untuk sampai ke tujuan. Wajah
wajah para medis terlihat segar pagi itu, apa lagi para susternya yang cantik
cantik sangat serasi dengan paduan pakaian putih putih tanda ciri khasnya.
Akupun
mengatur langkahku sedikit lambat, namun kepalaku sangat lasak menoleh ke kiri
dan kanan menyusuri pandangan di setiap ruang pasien. Yah..terlihat berbagai
tingkah dan pola para pasien yang dijaga oleh sanak keluarganya. Ada yang
menangis, ada yang mengerang kesakitan, ada yang tertidur lelap, yang lucunya
ada juga pasien yang sempat sempatnya coba menggoda para suster yang
bertugas..’ehemmm,” gumanku dalam hati. Bukanya tobat kok malah mau buat
maksiat..hihihihihihihi..
Tapi ku tak perduli, aku hanya tersenyum
dalam hati dan terus melangkahkan kaki. Disebuah ruangan mataku tertuju pada pasien
seorang lelaki tua yang seperti kepayahan mengangkat badanya.wajahnya putih dan
badanya masih terlihat guratan otot di tubuhnya. “Aduh,” rintihnya. Terlihat
seorang suster berusaha membantu lelaki tua itu namun terlihat kewalahan.
“Huuuuuuh,” guman lelaki tua itu. Akupun cuek saja dan terus melangkahkan
kakiku.
“Mas, mas,” sapa suster cantik itu. Sejenak
kuhentikan langkahku dan menoleh kearah suara tadi. “Tolongi dong mas, pak tua
itu kepayahan mau pipis, keluarganya gak ada yang jaga, bisa ya mas,” rayu
suster itu. Matakupun menoleh kearah pak tua yang melambaikan tanganya padaku.
Sejenak kuberpikir karena aku juga takut jika seandainya si tua itu memiliki
penyakit menular. “Hemmmm, baik suster, tapi tolong beri aku satu senyuman
dong,” godaku. “ih, bisa aja mas ini, sudah cepat tolongi tuh mas,” balasnya.
Langkah ku pun menuju si tua yang merasa
kepayahaan itu, terasa bau pesing yang menyengat tapi perasaan jijik dapat ku
kontrol. “Tolongi bapak nak, bapak mau duduk biar bisa pipis, sudah gak tahan,”
ucapnya getar. “Ya pak,” jawab ku. Akupun segera memapah kedua tanganyan dan
kurebahkan kepalanya di dadaku. Si tua terlihat kewalahan menuntun burungnya ke
luar dari CD nya. Tanganku langsung menyambar pispot disampingnya dan kuarahkan
lubang pispot kearah kepala burungnya. “Serrrrrrr,” air seninya mengalir deras.
“Aduh, gak bisa dikeluarin semua, Cuma segini aja dulu,” ujar si tua meringis.
Akupun merebahkan badanya perlahan lahan. “Terima kasih nak,” ucapnya.
“Memangnya bapak sakit apa ?,” tanyaku. Si tua
pun bercerita soal kelakuan istri mudanya yang telah mengeruk habis harta
kekayaanya. “Istri saya meninggalkan saya dalam keadaan seperti saat ini,”
ucapnya meneteskan air mata. “ Anak anak pun tidak ada yang membantu dan
menjaga saya saat ini, entah apa dosa saya,” ujarnya sedih. “ Sabar ya pak,
mungkin ini cobaan tuhan,” jawabku menyabarkanya.
Suster cantik yang dari tadi memperhatikan
kami akhirnya ikut nimbrung. “Dulunya bapak ini orang kaya dan sangat
terpandang di daerahnya. Tapi sejak memiliki istri muda petaka pun datang,”
jelasnya. Suster pun memandangku serius dan bercerita. Si tua ini dulunya satu
kampung denganya. Istri mudanya tidaklah terlalu cantik, namun sangat rakus
dengan harta kekayaan. Semua keinginan dituruti si tua, dan si istri muda
sangat doyan ke tempat tempat dugem. Akibatnya, istri mudanya itu memiliki
peliharaan pria lain, jadi harta kekayaanya itu banyak di hambur hamburkan ke
pria lain itu. “Akhirnya perselingkuhan istri muda itu terungkap di saat harta
kekayaan bapak ini habis dan hutang menumpuk disana sini. Merasa sakit hati dan
bapak ini mengalami gangguan jiwa. Dengan keadaan kondisi ini si istri mudapun
pergi meninggalkanya. Kalau saat ini sedang waras warasnya, terkadang bapak ini
merancau sendiru, yah..sangat kasihan, mungkin juga karena guna guna istri
muda,” kata suster menerangkan.
Ku amati si tua ini dan entah sampai kapan akan
bertahan hidup. Rambutnya kian memutih, tatap matanya terkadang kosong,
terkadang mengerang seperti kesakitan. Sabar saja ya pak, mudah mudahan cepat
sembuh,” ucapku. Si tua pun menatapku dan menganggukan kepalanya. Dan aku pun
berlalu dari hadapanya dan melangkah pergi meninggalkan ruang si tua itu menuju ruang pembaringan sobat ku.
Masih sempat kutoleh pandanganku ke belakang dan disambut senyuman si tua. (BY: BATAM SECRET)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar