AKTIVIS SELAT BULANG MEMONITOR MENGONTROL METERERAN KETINGGIAN AIR LAUT YANG TIDAK STABIL |
Pasang Surut Di Selat Bulang Tidak Stabil
Satu bulan
belakangan ini, ketinggian air laut di Selat Bulang mulai tidak stabil. Dari
hasil penelitian Yayasan Selat Bulang Monitoring menyimpulkan bahwa ketinggian
air laut tersebut dipengaruhi factor cuaca dan juga adanya factor X lainya.
“Kita memonitor pasut ini selama satu bulan dan melakukan pengontrolan persatu
jam sekali baik siang maupun malam. Hal ini dilakukan mengingat tiga bulan
belakangan ini busung busung yang ada di selat bulang semakin tenggelam,”
ungkapnya.
AKTIVIS SELAT BULANG MONITORING MELAKUKAN PENCATATAN METERAN KETINGGIAN AIR LAUT SETIAP SATU JAM |
Dikatakan,
naiknya air laut selama pengontrolan yang tertinggi mencapai setengah meter.
Jika ketinggian ini bersinergi dengan ombak terus menerus tentunya akan
mengakibatkan dampak negatip yaitu penggerusan bibir pantai. “Jika tidak di
antisipasi mulai sekarang maka dapat dipastikan pada tahun 2025 luas pulau
pulau yang tersebar di Selat Bulang bakal menyusut, bakan pulau pulau kecil
terancam tenggelam,” terangnya.
Untuk
mengantisipasi penggerusan bibir pantai perlu adanya rehabilitasi dan
konsservasi hutan mangrove di pulau pulau yang tersebar di Selat Bulang. Hutan
ini berfungsi untuk menahan hempasan ombak yang akan menggerus bibir pantai.
Untuk itu perlu peran pemerintah untuk menegur atau tidak mengeluarkan izin
kepada perusahaan perusahaan perusak hutan mangrove khususnya di pulau Batam.
Perlu di
ingat jika pemerintah kota Batam begitu mudahnya mengeluarkan izin usaha
sehingga terjadi kepunahan hutan mangrove yang cukup hebat. “Kalau perusahan
perusahaan telah memunahkan hutan mangrove, mereka wajib mengganti penanaman
kembali di hutan pengganti. Namun yang terjadi para pengusaha sangat berat hati
melakukan penanaman kembali. Bahkan perusahaan perusahaan asing yang
berinvestasi dikota Batam menghargai lingkungan Indonesia dengan sangat murah...!
BY: BATAM SECRET