warga negara Jepang Taguchi Mr Rubycon Indonesia memberi bantuan bola voli kepada seorang masyarakat pulau |
Jepang
Tanam Mangrove Di Selat Bulang
Program PT Rubycon Indonesia untuk
melestarikan hutan mangrove perlu diancungi jempol dan perlu dicontoh oleh
perusahaan perusahaan yang tidak ramah lingkungan hidup di pulau Batam. Bersama
aktivis Go Green bentukan PT Rubycon Indonesia telah menggandeng Aktivis Selat
bulang Monitoring yang selama ini telah eksis melakukan penanaman mangrove
(bakau) di beberapa wilayah Provinsi Kepri, diantaranya pulau Batam, Bintan dan
Tanjungpinang.
Salah seorang tokoh masyarakat pulau mendukung penuh penanaman mangrove di pulaunya |
Menurut Direktur Cisha Indonesia, Rizaldy
Ananda, yang juga aktivis Selat Bulang Monitoring, mengatakan jika pihaknya
telah membuat program penanaman 100.000 mangrove tahun 2014-2015. Saat ini
telah tertanam 25 ribu mangrove yang tersebar di beberapa wilayah khususnya di
seputaran pesisir Selat Bulang. Adapun bibit bibit mangrove yang tertanam saat
ini adalah subangsih dari beberapa perusahaan yang sadar akan arti lingkungan
hidup. “Salah satu perusahaan yang telah menggandeng kita yaitu PT Rubycon
Indonesia yang telah menyumbang 1000 bibit bakau,” ujarnya.
Dikatakan, tujuan Rubycon Indonesia
menggandeng pihaknya agar program penanaman bakau yang mereka lakukan jangan
sampai gagal. Perlu diketahui jika tata cara penanaman bakau tidak boleh
sembarangan, karena kalau asal tanam bisa gagal alias bibit bakau yang ditanam mati.
“Pada tahun 2010 kami telah beberapa kali melakukan penanam namun gagal, bibit
bakau pada mati semua, baik tidak ada kecocokan lokasi maupun tersapu ombak
angin utara. Sedangkan di Bintan dan Tanjungpinang juga gagal karena anakan
bakau yang kami tanam telah mati semua karena tercemar oleh air limbah B3
pencucian tambang bauksit. Hingga modal yang kami miliki habis total hingga
perusahaan foundation (permodalan) milik kamipun bangkrut,” terangnya.
Diceritakanya, berawal dari kegagalan itulah
kami malah terpacu untuk melakukan pelestarian hutan mangrove. Kami mengadakan
penelitian dan analisa soal mangrove di laboratorium sederhana yang kami
miliki. Hasilnya memuaskan, namun untuk memulai kembali penanaman dirasa tidak
mungkin karena dana pribadi yang kami milki sangat terbatas. Pada akhirnya,
kami mendapat jalan keluar dari kebuntuan pendanaan, beberapa perusahaan yang
sadar akan arti lingkungan hidup membantu fasilitas yang kami inginkan yaitu
polibet untuk pembibitan mangrove, sedangkan untuk anakan mangrove kami mendapatkanya
dari masyarakat pulau. “Kami cukup berterimakasi kepada ASL dan Cemara Intan
yang selama ini proaktif memberi fasilitas yang kami butuhkan,” ungkapnya.
Hasil penelitian dan teori yang kami lakukan
selanjutnya kami perahktekan, dan hampir memasuki satu tahun ini anakan bakau
yang kami tanam di salah satu pesisir Selat Bulang telah tumbuh subur. Belajar
dari pengalaman kegagalan itulah kami tidak ingin Go Green PT Rubycon Indonesia
jangan sampai gagal melakukan penanaman dan melestarikan hutan mangrove.
ramai ramai kebasahan sambil nanam mangrove. tuh cewek cewek team Go Green Rubycon Indonesia pada basah basah |
Penanaman anakan bakau ini bukan di bibir
pantai, tetapi di busung (daratan yang tenggelam), penanaman itu dilakukan di
kedalaman 2 meter 15 centi, jadi untuk menanamnya kita harus menyelam di busung
itu. Meski demikian, acara yang kami lakukan bersama Go Green PT Rubycon
Indonesia beberapa waktu lalu telah berjalan sukses. “Bahkan mereka PT Rubycon
mengikutsertakan manajemen dan warga negara Jepang Taguchi Mr Rubycon Indonesia
yang sangat bersemangat melakukan penanaman, mereka menyambut sangat positif.
Bersama itu pula kami mendeklarasikan RUMAH BAKAU INDONESIA di salah satu sudut
Selat Bulang,” terangnya. BY: Batam Secret
Tidak ada komentar:
Posting Komentar