Gawat !
Limbah
PLTU Tanjung Kasam Mengandung:
Zat Arsenik
& Fly Ash
Penduduk Terkontaminasi
Masih terngiang di ingatan demo masyarakat
Teluk Nipah yang melakukan aksi protes di PLTU Tanjung Kasam Telaga Punggur
Batam pada awal Januari lalu. Mereka mengeluhkan debu hasil aktivitas PLTU
tersebut yang ternyata mencemari lingkungan udara masyarakat. Tentunya, dari
15.000 ton batu bara menghasilkan debu yang ternyata telah sangat meresahkan
masyarakat dan berjangkit Infeksi Saluran Pernapasan (Ispa) dipenduduk sekitar.
Debu yang dirasakan masyarakat sangat terasa jika kondisi cuaca sedang panas
dan berangin. Polusi udara ini ternyata kurang mendapat tanggapan serius dari
pemerintah setempat.
Menurut
seorang peneliti di kota Batam mengungkapkan, jika limbah dari aktivitas PLTU
Tanjung Kasam itu mengandung zat Arsenic (Racun) dan Fly Ash (Debu). Tentunya,
zat zat berbahaya ini akan mengacam masyarakat sekitar jika tidak ada
antisipasi dari pemerintah setempat. “Saat ini saja masyarakat sudah menjadi
korban, dan dampak kesehatan masyarakat yang terkena zat ini akan dirasakan pada
lima sampai sepuluh tahun kedepan dimana terjadi kerusakan pada organ organ
tubuh sehingga dapat menimbulkan kematian,” ujar peneliti itu
Yang
diherankan, PLTU Tanjung Kasam ini telah beroperasi namun tidak memiliki Amdal.
Lazimnya, meski PLTU ini dalam masa uji coba setahun tetap wajib memiliki
Amdal. Seperti fakta yang terjadi saat ini, limbah limbah debu sisa pembakaran
batu bara yang mengandung zat arsenic itu di tumpuk di bibir pantai. “Itu
artinya PLTU ini tidak memiliki Amdal,” ujarnya. Menurutnya, limbah debu itu
harusnya dimasukan kedalam Jumbo Bag atau tangki tangki agar tidak terjadi
pencemaran lingkungan laut, darat, dan udara yang saat ini dampaknya telah
dirasakan oleh masyarakat. Setidaknya, PLTU Tanjung Kasam membangun Tempat
Penampungan Sementara (TPS) untuk limbah limbah yang dihasilkan agar tidak
berdampak negative terhadap kesehatan penduduk yang berada dipermungkiman
sekitar.
Jika
tidak, tentunya ketika hujan turun air yang membasahi debu mengandung zat
arsenic itu akan mengalir kelaut, akhirnya akan mencemari laut dan mempengaruhi
kehidupan biota laut. Biota laut seperti ikan, udang, kepiting adalah sumber
matapencaharian nelayan tangkap (Tradisional) dan tentunya akan dikonsumsi
manusia. Nah, hasil tangkapan nelayan itu tentunya mengandung zat arsenic atau
poison akan dikonsumsi, maka beberapa tahun kemudian akan terganggu kesehatan
organ tubuhnya bahkan menimbulkan tumor dan kangker. “Hal ini mengingatkan kita
akan tragedi teluk Kalimata Jepang pada sekitar tahun 80-an, dimana masyarakat
yang mengkonsumsi ikan, udang, kepiting yang mengandung limbah industry
mengalami cacat, yang lebih berbahaya ketika dikonsumsi orang hamil dan ketika
bayinya lahir akan mengalami cacat berupa tidak berkuping, mata, tangan maupun
cacat tubuh lainya,” tegas peneliti muda ini.
Dari hasil analisanya, dalam setiap bulanya
ada sekitar 12 ribu ton batu bara untuk menggerakan PLTU Tanjung Kasam,
sehingga menghasilkan sekitar 600 ton limbah Fly Ash (debu) berbahaya yang akan
di konsumsi oleh paru paru masyarakat sekitar. Gawats. (BATAM SECRET)