CINTA SEJATI 12-12-2012
………SAMPAI
KIAMAT !
Cerita
semi novel ini berkisah nyata seorang pria sebut saja namanya Ade yang
mencintai pujaan hatinya sebut saja namanya Ami yang berikrar untuk sehidup
semati dengan atas nama cinta mati sampai kiamat, sayang sampai kiamat, sengsara sampai
kiamat. Namun seiring waktu berjalan ikrar yang terucap itu terkikis oleh adanya
orang ketiga yang membuat kisah cintanya kandas. Sungguh pria itu tersiksa
hatinya menahan sakit, pedih dan perih dari detik ke detik hingga akhirnya
cinta itu terkubur dalam dalam. Namun di 12-12-2012 cinta itu bangkit kembali
dari kuburnya. (Jika
ada kalimat yang tidak pantas harap di maklum dan mohon di maaf)..CEKIDOT…!!!!!
Jarum jam menujukan pukul 13.00 wib..Berarti
sudah 1 jam lebih aku berada di tepi pantai Teluk Bemban Laut Teduh Batu Besar
Batam ini. Aku sering mengunjungi pantai ini jika pikiranku lagi eror.
Yah..view di pantai ini cukup bagus dengan hamparan lautnya yang luas menjorok
ke negeri jiran Malaysia dan Singapore. Jembatan panjang perbatasan antara
Malaysia dan Singapore yang konon dibangun Tomy Soeharto Putra Presiden RI juga
terlihat dari pantai ini. Gedung gedung pencakar Singapore terlihat samar
samar tertutup oleh kabut, sementara
pemandangan Malaysia terlihat hijau menandakan di negeri jiran itu hutanya
tumbuh subur meski diketahui kawasan itu kawasan pelabuhan Pasir Gudang dan
Stualang yang terkenal dengan daerah transit barang seludupan Malaysia ke
Indonesia maupun sebaliknya. Di garis perbatasan laut (OPL) tampak jelas
gerakan mondar mandir kapal pesiar tempat orang orang kaya berjudi yang lepas
dari jeratan hukum Indonesia, Malaysia dan Singapore.
Kriiiing…kriiiing..Hp ku berdering menyadarkanku dari lamunan. Nomor yang tidak kukenal, ucapku dalam hati. Akupun memberanikan diri untuk menyabut suara dibaliktelpon yang masuk itu.
Kriiiing…kriiiing..Hp ku berdering menyadarkanku dari lamunan. Nomor yang tidak kukenal, ucapku dalam hati. Akupun memberanikan diri untuk menyabut suara dibaliktelpon yang masuk itu.
“Halooo..dengan
bang Ade ?,” tanyanya. Suara seorang wanita seperti yang ku kenal.
“Ya..dengan
siapa, apa ada yang bisa dibantu,” jawabku hati hati.
“Kok
sudah lupa sih bang, ini dengan Ami, masih ingat gak,” terangnya.
“Oh..kamu,
gimana kabarnya, kirain sudah lupa, apa sedang di Batam ?,”ucapku sedikit
gugup.
“Ya
bang, sudah tidak kerja di Tanjung Pinang, sekarang sudah kerja di Batam lagi,
kan asik dekat dengan keluarga,” ucapnya.
“Oh
gitu, sudah berapa anak kamu Mi,” ujarku bertanya.
“Ya
gitu deh, belum dikasih lagi sama tuhan,” ujarnya dengan suara lemah.
“Baiklah,
nanti kita sambung lagi ya, abang lagi ada kerjaan, ini nomor kamu abang simpan
ya,” ucapku.
“Bener
yah, nanti telpon Ami kalau abang gak sibuk, bae.bae,” katanya sambil menutup
telpon.
Huuu..aku
bukan tidak ingin mengobrol denganya, tapi aku belum siap untuk berhubungan
kembali denganya. Masih terasa sakit, pedih dan perih hati ini jika mengingat
masa percintaan kami 9 tahun yang lalu, Ami meninggalkanku disaat api cintaku
sangat membara di hati ini.
Dipantai
ini jam menunjukan pukul 14.30 wib. Setelah menerima telpon itu akupun terbuai
dalam lamunan mengingat kisah cinta pertama kami bertemu. Ami wanita cantik
berkulit putih berwajah imut , tubuhnya langsing dengan postur tubuh sedang dan
sangat ideal dengan keinginanku.
Saat
itu tahun 2003, awal pertama aku mengenal dirinya ketika kami bekerja di satu
gedung perkantoran dikawasan Sei Panas Batam namun beda perusahaan, Ami di
lantai dua sedangkan aku berada dilantai satu.
Otomatis
setiap harinya aku pasti Ketemu Ami ketika pagi masuk kerja dan sore ketika
usai jam kantoran. Ada rasa debar di hati setiap saat aku melihat Ami, dan
akupun memiliki perasaan ingin memilikinya. Namun aku tidak bernyali mendekati
wanita cantik ini karena perasaan minder dimana banyak kekurangan dalam diriku.
Tapi perasaan suka itu sangat kuat hingga aku terkadang sulit memejamkan mata ketika
malam tiba.
Suatu
pagi aku masuk kantor lebih awal, tujuanku menunggu Susan seketaris kantorku.
Aku sudah memasang strategi untuk mendapatkan cinta Ami dengan bantuan Susan.
Meski jabatan kami berbeda tapi antara aku dan Susan sangat akrab layaknya
abang dan Adik.
“Slamat
pagi bang, sepagi ini sudah nongol, tidak biasanya deh,” ledek Susan.
“Eh
kamu, mimpi apa kamu kok beraninya bilang seperti itu,” ujarku sedikit jengkel.
“Ya
deh, maaf, tapi wajah abang gak seperti biasanya, kusut seperti itu,” tanya
Susan.
“Biasalah,
gak bisa tidur lagi banyak pikiran,” jawabku.
“Kok
bisa gitu, abang mikiri apa sih,” ucap Susan penasaran.
“Gini
San, abang tuh suka dengan cewek cantik diatas tu la yang sering ngerumpi sama
kamu, bisa urusi gak,” ujarku sambil tersenyum malu.
“Oh,
jadi abang naksir nih ceritanya, duh kasihanya sampai gak bisa tidur
gitu,,,hehehe,” ledek Susan lagi.
“Serius
ni San, bisa gak tolongi abang,” harapku.
“Gampang
diatur tuh bang, tapi abang seriuskan, Susan gak mau dia jadi mainan abang aja,
nanti Susan malu bang,” terang Susan.
“Yah
San, abang serius, suer samber gledek,” janjiku pada Susan.
Ditengah
obrolan seriusku dengan Susan tiba tiba Ami menyapa. Dan akupun kaget dibuatnya
dan memandangnya tanpa berkedip.
“Selamat
pagi semuanya, eh, selamat siang,” ujar Ami sedikit bercanda.
“Yah,
selamat siang,” jawabku sambil menatap bola mata ami dan jantungku terasa
berdebar.
“Kesiangan
ni ngantornya,” sapa Susan pada Ami sambil matanya mengedip kepadaku.
“Lepas
kantoran kita jalan ya San, aku naik dulu ke atas lagi banyak tugas, permisi ya,” ucap Ami buru buru pada
Susan.
Akupun
memperhatikan Ami yang berlalu. Yah..hari ini Ami terlihat cantik dan seksi
tidak seperti biasanya, dengan rok pendek selutut memamerkan betisnya yang
putih mulus. Eheem..aku berdecak kagum padanya.
“woi..mata
tu,” ucap Susan mengagetkanku.
“Maklumlah,
bisa kan San, please ya, please,” ujarku berharap pada Susan.
“Tenang
aja bang, ntar Susan usahai bilangi ke dia, tapi siap siap kecewa ya bang kalau
dia gak mau,” jawab Susan.
“Okey,”
jawabku singkat.
Akupun
tidak perduli lagi dengan pekerjaan urusan kantor. Yang ada di otaku hanya ada bayang
bayang Ami. Hari ini aku agak pulang cepat tidak seperti biasanya karena
pikiranku yang kacau dan cukup lelah memikirkan bayang bayang Ami yang bermain di benak
ku.
Dan
tanpa kusadari jam menunjukan pukul 7 pagi. Begitu nyenyaknya tidurku malam
tadi, tanpa pikir panjang akupun melompat dan..byuuuuur..byuuuur..air Pam
terasa dingin namun badanku terasa segar. Berpakaian dan akupun bersiap siap
ngantor. Jantungku terasa berdebar debar menanti kabar dari Susan. Sudah
kumantapkan diriku untuk menerima kabar sepahit apapun.
Tiba
di kantor akupun mengendap ngendap ingin mengagetkan Susan yang sedang sibuk
membereskan peralatan kantor.
“Ehem.ehem,”
dengan suara kuatku.
“ih
abang, bikin kaget aja nih,” ucap Susan dengan wajah sebel.
“Ya
deh, maafin ya San. Oh ya..gimana kabarnya,” tanyaku.
“Yang
kemarin itu..mmmm..ada deh,” ujar Susan bikinku penasaran.
“Maksudnya,
dia sudah punya pacar ?,” tanyaku penasaran.
“Gak
tau tuh, coba abang deketi aja pelan pelan,” saran Susan.
“Duh,
abang gak pede San,” jawabku putus asa.
“Gini
aja, ntar sore kita jalan bareng ke Mall, abang mau gak,” ajak Susan.
“Oh
gitu, baiklah,” ujarku.
Suara
kendaraan terdengar terhenti. Akupun mencari tahu siapa yang datang. Ternyata
Ami, yang baru datang dan jantungkupun berdegup.
“Slamat
pagi bang,” sapa Ami yang membuatku gugup tanpa bisa berucap dan hanya bisa membalas
dengan anggukan saja.
“Duh,
harumnya,” bisiku dalam hati.
“Mbak
Ami, ntar sore kita jalan yuk, bang Ade mau ikut juga tuh,” ajak Susan kepada
Ami, namun membuat aku jadi ke GR an.
“Boleh,
asik juga tuh kalau abangnya ikut,” ujar Ami sembari memberi senyuman manisnya
kepadaku. “Ikut ya bang,” ujar Ami lagi.
“
Ya deh, ikut,” jawabku gugup.
“Okey,
naik ke atas dulu ya, lagi banyak kerjaan ni,” ujar Ami sambil berlalu.
“Eh
San, kok kamu bilang ngajaknya pakek didepan abang segala, abang jadi malu ni,”
protesku pada Susan.
“Duh
si abang, jadi bilangnya di toilet gitu, santai aja lah bang,” ucap Susan
sambil memelototkan matanya tanda jengkel.
“Bang,
kemarin tuh sebenarnya sudah Susan sampaikan kalau abang tuh naksir dengan mbak
Ami,” ucap Susan.
“Trus,
apa katanya san,” tanyaku penasaran.
“Ya
gitu deh, dia bilang jalani aja dulu,” jawab Susan.
“Oh,
berarti dia membuka hatinya untuk abang dong,” ucapku.
“Yah
dikit...hehehehe...makanya, Susan ajak kita jalan bertiga, jadi ada peluang abang untuk ngobrol
sama mbak Ami, Pede kate gitu la bang,” terang Susan.
“Mantap
San, tapi nanti tolong bantu kalau abang kehabisan kata kata ya,” ujarku bercanda.
“Heeeem,
maunya,” ucap Susan.
Pukul
5 sore usai jam kantor sangat terasa lama bagiku. Setiap saat mataku selalu
melirik kea rah jam tanganku. Yah..saat ini baru pukul 3 sore. Para karyawan
terlihat sangat sibuk mengerjakan tugasnya. Sementara aku hanya mondar mandir
saja karena semua tugasku telah cepat ku selesaikan.
“Bang,
sudah pukul 5 nih, jadikan kita jalan, bentar lagi mbak Ami turun tuh,” ujar
Susan sambil memberi semangat padaku.
“Yah
San, tuh suara sepatunya, da mulai bergerak sepertinya,” ucapku.
“Oh..sudah
pada nunggu toh,” ujar Ami tiba tiba.
“Ya
mbak, jalan kemana kita mbak,” tanya Susan.
“Tanya
sama abangmu San maunya kemana,” jawab Ami.
“Kemana
bang,” tanya Susan padaku.
“Terserah
mau kemana, aku ngikut aja,” jawabku singkat.
“Ke
DC Mall aja deh,” ajak Susan.
“Oke,”
ujar Ami dan aku hanya mengngukan kepala tanda setuju.
Dalam
perjalanan, Susan berbisik kepadaku dan mengatakan jika diambilnya keputusan ke
DC Mall disebabkan Mall ini tidak terlalu ramai pengunjungya, jadi agar aku
banyak kesempatan pedekate dengan Ami. Encer juga pikiran anak satu ini, ujarku dalam
hati.
Dipusat
perbelanjaan DC Mall tidak banyak kegiatan yang kami lakukan. Setelah
berkeliling cuci mata sekejab kamipun menuju lantai dua. Kamipun mampir di
sebuah tempat makan minum untuk merilekskan tubuh yang capek seharian bekerja.
Dan megobrol ngalorngidul yang semangkin lama terasa akrab. Beberapa kali Susan
mengedipkan mata mengisyaratkan sudah saatnya aku harus beraksi mengungkapkan
perasaanku.
“Bentar
ya, mau ke toilet dulu,” ujar Susan.
“Toilet
yang sebelah sana agak dekat tuh San,” ujar Ami mengarahkan.
Kini hanya tingggal aku
dan Ami namun tidak banyak berbicara. Ada perasaan canggung di dalam diri kami masing masing
dan sepertinya ada sebuah misteri yang harus kami ungkap bersama. Akupun
mencoba beranikan diri membuka suara agar suasana tidak membosankan Ami.
“Maaf
Mi, apa kamu sudah punya pacar ?,” tanyaku membuka percakapan.
“Dulu
ada sih, tapi sekarang sudah tidak ada lagi, kenapa,” ucapnya balik bertanya.
“Gak
apa apa, Cuma pengen tahu aja,” ucapku.
“Kenapa
Susan lama sekali ketoiletnya ya,” ujarnya, dan akupun tidak memperdulikan
keberadaan Susan yang saat ini entah dimana.
“Mi,
kamu sangat cantik, bolehkah abang jadi pacar kamu,” tanyaku cemas, dan Ami
memandangku dengan tajam membuat aku semangkin cemas takut curahan hati mendapat keputusan yang mengecewakan.
“Heeem..nanti
abang nyesal, abangkan belum tahu siapa aku,” terangnya.
“Jangan
bicara seperti itu Mi, abang bukan hanya ingin menjadi pacar kamu tapi abang
ingin menikahi kamu,” ucapku mantap sambil menatap bola matanya dalam dalam.
“Kita
jalani aja dulu bang, kita kan belum tahu juga siapa jodoh kita nanti,” ujarnya
sambil menundukan kepala..
“Yakinlah
Mi, abang pasti membahagiakan kamu,” janjiku sambil menggenggam tanganya.
“Abang
serius,” tanyanya sambil membalas genggaman tanganku, dan akupun membalas
dengan anggukan kepala.
“Duh
pakek genggaman tangan segala, emang da jadian ceritanya ni,” ujar Susan
tiba tiba mengagetkan sehingga membuyarkan kosentrasiku.
“Eh
kamu, kok lama kali di dalam toiletnya,” balas Ami.
“Iya
mbak, ke toiletnya sebentar, tadi ada yang mau di beli di supermarket jadi
mampir kesana sebentar,” terang Susan beralasan.
“Sialan,
gak pakek ngajak segala sih,” ujar Ami menghalau rasa GR nya padaku.
Berawal
saat itu, hubunganku dengan Ami semangkin akrab dan romantic saja. Bahkan
sebahagian para karyawan kantor tempat kami bekerja mencium hubungan jalinan kasih
kami. Bahkan setiap suasana kantor lagi sepi aku dan Ami selalu mencuri waktu
bertemu, dan ciuman kecilku di kening, pipi, maupun bibir Ami menghiasi
sepanjang hari hari kami. Hubungan kian erat dan setiap hari usai pulang
ngantor, aku, Ami dan Susan selalu pergi menghabiskan waktu di Mall yang ada di
kota Batam, nongkrong di kafe maupun KTV dan pukul 9 malam baru bubaran pulang
kerumah masing masing. Ketika kami berjalan aku merasa setiap pria yang melihat pasti cemburu denganku yang tidak seberapa ini malah didampingi dua bidadari
cantik.
Kini
hidupku terasa begitu indah dan bahagia. Ami yang kini masuk dalam kehidupanku
ternyata telah merubah penampilanku menjadi percaya diri. Suatu hari dihari
sabtu Susan tidak masuk kantor dengan alasan sedang datang bulan. Akupun
mengirim sms ke Ami jika sore ini pergi jalan berdua tanpa kehadiran Susan.
“Pergi
kemana kita bang,” tanya Ami.
“Kemana
aja yang penting kamu senang,” jawabku.
“Okey
deh, kita keliling keliling mall aja menghabiskan malam minggu ini ya bang,”
ujar Ami tersenyum dan akupun membalas senyuman manisnya itu.
Sepanjang
mejeng di Mall, tangan Ami selalu ku gengam erat dan sesekali merangkul
pundaknya. Duh..terasa sejuknya hati ini saat berada di samping Ami. Bahkan Ami
tidak sungkan merangkul pinggangku, dan akupun mengerti jika Ami ingin selalu
dimanja olehku. Hingga tidak terasa waktu kian merangkak pukul 8 malam.
“Bang,
sudah agak malam ni, pulang yuk,” ucap Ami.
“Ya
udah, kita cari makanan dulu, sudah agak lapar ni,” ajakku.
“Ya
deh, terserah abang aja,” ujarnya.
Akupun
mendapatkan warung tempat makan yang agak sepi. Duduk saling berhadapan dengan Ami dan memesan
makanan. Sesekali mata kami saling beradu pandang. Ami sangat cantik dan imut,
aku sangat mencintai dan sayang sekali dengan Ami..yah..aku telah jatuh cinta
dengan Ami, bisiku dalam hati. Sesekali Ami menatap mataku dan mata kami
akhirnya saling menatap dengan dalam, bagai daya magnet yang saling tarik menarik,
dan akupun sadar jika tatapan itu mengandung makna dan hanya hati kami yang
tahu makna itu. Tanpa terucap kata tangan kamipun saling membalas genggaman.
Pelayanpun
datang mengantar pesanan makanan sehingga membuyarkan perasaanku dengan Ami.
Kamipun sangat lahap menyantap hidangan dan sesekali aku mencuri pandangan ke
Ami dan begitu juga sebaliknya. Usai makan kamipun berlalu meninggalkan Mall
itu tepat pukul 9 malam. Dan tangan kami saling menggengam erat.
“Mau
kemana lagi kita bang,” ujar Ami yang membuatku sejenak berpikir.
“Kita
gak usah pulang aja yuk Mi, mending kita cek in,” ajaku bercanda.
“Yah..terserah
abang aja deh,” jawab Ami diluar dugaanku yang membuatku kaget.
“Sebentar
ya bang, mau telpon kerumah ngabari aku tidur dirumah teman," ucapnya.
“Ya
Mi,” ujarku gugup.
Kamipun
mengitari pusat kota Nagoya Batam dan mendapati sebuah hotel bagus namun harga
menginap permalamnya terbilang murah.
“Kita
cek in disini aja ya Mi, kelihatanya bagus juga tuh,” ajakku.
“Ya
bang, kita coba aja,” ujarnya.
Di
hotel ini cukup nyaman dan bersih. Didalam kamar ini kamipun mengungkapkan
pengalaman hidup masing masing. Badan terasa gerah, beberapa menit kemudian Ami
permisi mandi sedang aku tidur tiduran di kasur.
“Sono
gantian mandi bang, satu harian keliling berkringat gak enak di badan,” ujar
Ami usai mandi dan mengejutkanku di pembaringan. Pandangan matakupun tidak
lepas dari tubuh Ami yang hanya dengan balutan handuk.
“Woi,
mandi sana, kok malah bengong,” ucap Ami sambil melototkan matanya.
“Yah,”
balasku sambil berlalu.
Akupun
menyetel kran air agar menjadi hangat dan tanpa kusadari sudah 20 menit aku
mandi menikmati air hangat. Selanjutnya akupun mengeringkan badan dan sangat
terasa segar tubuhku dan selanjutnya mengenakan pakaian. Aku lihat Ami sudah
memejamkan mata dipembaringan. Sudah tidur pikirku. Dan akupun duduk disisi
pembaringan menikmati pemandangan tubuh Ami yang sedang terlelap. Wajahnya
terlihat imut dengan rambut panjangnya. Bibirnya yang sangat seksi ingin ku
mengecupnya, sedangkan kulitnya putih bersih tanpa ada noda cacat, begitu
mulus.
Memakai
celana selutut namun aku bisa memandangi betisnya yang putih mulus. Wanita yang
sangat sempurna, ucapku dalam hati. Ingin rasanya memeluk dirinya tapi aku
takut mengusik lelapnya. Nafaskupun tersengal ketika melihat buah dada yang
terbungkus kaos yukensi. Ternyata kekasih imutku ini tidak memakai bra, itu
kuketahui ketika putingya rada rada menonjol.
Begitu
beruntungya aku dapat memiliki cintanya. Desakan hatiku untuk menikahinya
meledak ledak. Yah..aku akan selalu membahagiakan kamu, cinta sampai kiamat,
sayang sampai kiamat, susah senang bersama sampai kiamat, itulah janji yang
kutanamkan dalam hatiku sejak saat ini.
Matakupun
sudah sedikit berat, rasa kantuk tidak dapat kutahan lagi. Kupandangi Ami yang tidur
membungkukan badanya seperti kedinginan terkena AC. Akupun menyelimuti tubuhnya
dan mencium keningnya, selamat tidur sayang, ucapku berbisik, akupun membuka
baju dan akupun ikut masuk kedalam selimut.
Satu
jam terlelap tiba tiba aku tersentak bangun. Serasa ada hal yang aneh mengusik
lelapku, selanjutya akupun menghirup udara dalam dalam dan menghembuskanya, ini
kulakukan untuk meluruskan aliran darah ditubuhku dan
menormalkan pikiranku yang kurang stabil disaat terbangun tiba tiba tadi.
Setelah
pikiranku normal akupun mendapati Ami tersayangku tidur menyamping disisiku
sambil memeluk tubuhku. Sangat terasa aroma wangi tubuh Ami yang membuat
jantungku berdebar. Darahkupun berdesir melihat kondisi Ami yang sudah tidak
mengenakan pakaian lagi. Tanganya berada didadaku sedangkan buah dadanya yang
empuk menempel erat disamping rusuk sebelah kiriku. Sedangkan pahanya menimpa
pahaku, dan tangankupun mencoba meraba pahanya yang terasa halus namun ternyata
Ami tersayangku hanya mengenakan celana dalam saja. Akupun menelan ludah dan
darah kelaki lakianku mulai berdesir kencang. Kulirik jam tangan ternyata
menunjukan pukul 12 malam.
Aku
mencoba menahan nafas dan mendam nafsu yang begitu sulit kurasa dalam situasi seperti ini. Aku sangat
mencintai Ami tersayangku. Perlahan lahan tangan kananku mengangkat tangan Ami
dari dadaku. Ingin tubuhnya kuselimuti agar tidak menyentuhku, ini kulakukan
agar aku dapat meredam nafsuku yang saat ini sedang sangat tinggi.
Akhirnya
aku berhasil memindahkan tanganya dari dadaku dan menutup buah dadanya dengan
lipatan tanganya meski ingin rasanya aku mengulum putingnya yang kemerahan.
Giliran pahanya yang putih mulus, perlahan kugeser pahanya dan berhasil.
Akupun
menarik selimut untuk membalut tubuh putih mulus Ami tersayang agar tidak
kedinginan. Tiba tiba Ami terjaga dari tidurnya dan menatapku, dan akupun kaget. Mata kami
saling bertatapan, begitu cantiknya Ami dihiasi matanya yang sayu sedang
menatapku. Tidak ada kata kata yang terucap namun hanya hati yang bisa
berbicara.
Selang
beberapa menit tangan Ami tersayang meraih tanganku dan menggenggamya. Tanpa
disadari wajah kami semangkin mendekat..mendekat dan mata Ami tersayangpun
terpejam. Ku kecup kening Ami sambil mengusap rambutnya dan akupun berbisik ditelinganya.
“Abang
sangat mencintai dan menyayangi kamu say,” bisiku.
Ami
tersayang menatapku, tanganya meraih leherku dan mendekatkan kewajahnya. Dengan
cepat bibirnya menyambar bibirku. Tak kuasa menahanya akupun membalasnya dan
kamipun saling melumat. Cukup lama kami saling membalas lumatan hingga akhirnya
kucumbui tubuh mulus Ami.
“Oooh,”
beberapa kali Ami mendesis.
“eesssss..,”
desah Ami yang membuatku smankin bernafsu.
Tanganya
merangkul tubuhku dan sesekali meremasnya. Bukan hanya melumat bibir merah
seksinya saja, akupun mulai mencium leher jenjangnya hingga basah. Dan lidahku turun ke
buah dada sambil mengisap puting kemerahanya, kuluman dan isapan membuat Ami tersayang
mendesis desis sambil meremas pundak ku.
“Ohhhhhhh…ssssssssssssssss,”
desisan panjang Ami.
“Baaaang….hsssss,”
desah Ami menikmati cumbuanku.
“Sssssss…Ooooh..aaaaaaah,”
Ami semakin mendesah namun lidahku terus bergerilya diseluruh tubuh mulus Ami
tersayang.
Akupun
akhirnya tidak mampu menahan birahiku yang sedang tinggi tigginya.
Tanganku
mulai mengelus paha mulus Ami, dan berusaha membuka CD yang dikenakanya.
“Baaang,”
ucap Ami manja sambil menatap mataku.
Aku
hanya diam dan hanya tersenyum manisku padanya. Ami tersayang membalas dengan
anggukan mengisaratkan agar aku meneruskan apa yang sedang kami inginkan
bersama. Akhirnya tidak ada sehelai benangpun kini menempel di tubuhnya.
Sejenak kunikmati dengan tatapan tubuh mulus indah Ami tersayangku. Dan akupun
memulai aktivitas secara perlahan.
“Mmmmmm……ssssssss
oooooooh,” desis Ami menahan sakit.
“iiihhhh…ouhhhhh..baaang,”
desah Ami merasakan kenikmatan sambil matanya meram melek.
Sekian
menit kulakukan aktivitas secara perlahan agar Ami dapat mengimbangi
aktivitasku. Dan menit berikutnya akupun mulai mempercepat laju gerakan namun
tetap menjaga suasana agar tetap romantic. Berbagai gaya kami lakukan hingga
memakan waktu sekitar satu jam kamipun sudah berada dipuncak kenikmatan.
“Mmmm..ssst..ah..aaaaaah,”
desah Ami memuncratkan kenikmatan yang membuat semangkin basatelah.
‘’oooooh…yaaaah..sayaaaang,”
akupun menuntaskanya meresapi kenikmatan sambil mengulum buah dada Ami yang
putih mulus, kenyal berputing kemerahan.
Pebaringan
telah basah oleh keringat dan air kenikikmatan dan Kamipun saling berpelukan erat
merasakan sisa sisa kenikmatan. Kamipun saling melumat bibir
dan mengulumnya. Sungguh kenikmatan kami rasakan bersama.
“Abang
takut kehilangan kamu Mi,” bisiku ditelinganya.
Kamipun
akhirnya tertidur saling berpelukan seakan takut kehilangan. Terasa sangat
letih namun cinta yang kami bina selama ini semangkin tumbuh subur. Dan pagi
hari sebelum Cek Out kamipun bercumbu lagi, aktivitas pagi ini lebih kreatif
dan lebih panas yang memakan waktu satu setengah jam. Dan merasakan puncak kenikmatan
yang teramat sangat.
Hari
hari selanjutnya aku dan Ami tersayang tidak pernah lepas dari urausan ranjang.
Setiap tanggal merah atau libur kantor kami selalu menghabiskan waktu di kamar hotel untuk meraih puncak kenikmatan bersama. Yah..begitu
indah kisah percintaan ini. Hingga karyawan kantor juga sudah ada yang
mengetahui kami yang sedang dimabuk asmara, tapi kami tidak ambil pusing.
Yang jalani hidup kan kami berdua, bukan kalian.
Satu
tahun lebih kami jalani kisah percintaan ini. Namun Ami tidak pernah medapati
tanda tanda ke hamilan. Padahal aku ingin sekali memiliki momongan. Timbul
keraguanku atas ketidak hamilan Ami yang jangan jangan ia memakai obat obatan
anti hamil. Dan akupun selalu mendesaknya untuk segera menikah. Ami selalu
menolak setiap desakanku itu.
Beberapa bulan selanjutnya Ami mulai terlihat berubah. Aku mulai curiga dengan adanya orang
ketiga dalam kisah percintaan kami. Komunikasi dan pertemuan dengan Ami tetap
seperti biasa namun aku secara perlahan dan diam diam ingin mengungkap sebab perubahan Ami
tersayang akhir akhir ini.
Suatu
hari Ami kupergoki pergi dengan seorang pria mengendari mobil mewah. Inilah
awal kehancuran hubungan percintaan kami. Beberapa kali aku bertanya pada Ami
siapa sosok pria itu.
“Siapa pria yang pergi dengan kamu itu Mi,”
tanyaku.
“Gak
usah bahas masalah itu la,” jawabnya.
Akupun
mencoba bersabar, karena aku takut ia tersinggung jika aku terlalu mendesaknya.
Akibatnya kamipun sering bertengkar kecil secara halus. Dan permasalahan
selesai setelah menghabiskan waktu di kamar hotel meraih puncak kenikmatan.
Beberapa
kali Ami pergi bersama pria itu bahkan sampai ke luar kota. Hatikupun hancur,
pedih dan perih ketika aku mengetahui Ami ternyata memiliki hubungan khusus
dengan pria itu.
“Mi,
aku cinta mati sama kamu, aku ingin kejujuran kamu, siapa pria itu,” desaku
bersabar menahan emosi. Iapun menatapku dengan tajam.
“Baik
kalau itu yang ingin abang inginkan,” ucapnya dengan wajah sinis.
“Siapa
Mi, abang siap mendengar apapun itu,” desaku tidak sabar.
“Yah..dia
mantan pacarku, aku tidak bisa melepaskan dia,” ujarnya lalu menangis.
“Oh
gitu,” ucapku berusaha tegar meski setetes air mataku mengalir.
“Ya,
sudah tidak apa apa,” ujarku berusaha tegar.
Sejak
saat itu, Ami tidak pernah memberi kabar lagi. Ia menikmati hidupnya bersama
pria itu. Sedang aku dari detik ke detik menahan kesakitan hati, pedih dan
perih. Hati terasa tersayat sayat, dan akhirnya kondisi kesehatanku pun
terganggu ditambah Kurus dan kumal. Bayang bayang Ami selalu hadir dalam
sadarku.
Tanpa
sepengetahuan Ami aku sering mempergokinya Ami bersama pria itu di hotel mewah.
Begitu sakitnya hatiku, mataku berkunang kunang serasa ingin pingsan. Meski aku
terkadang bertemu dengan Ami selama ini itupun hanya sebentar. Rasa cinta dan sayangku
kepada Ami telah merasuk kedalam tulang sumsum ku. Yah..meski Ami telah bersama
pria lain namun tidak pernah ada kata putus cinta yang keluar dari mulut kami.
Karena suatu hari kami pernah berikrar untuk Cinta sampai mati, cinta sampai kiamat,
sayang sampai kiamat.
Akupun
mulai sering menyendiri..selalu teringat kisah indah bersama Ami, namun terasa
sakit dan perih ketika ku teringat ia bersama pria itu. Meski aku yakin masih
ada sedikit sisa cinta di hati Ami untuku.
Menghilangkan
bayang bayang itu akupun mulai mengenal miras dan obat obatan. Tapi yang
terjadi aku smangkin terjerumus dengan permainan bayang bayang Ami, dan airmata
mengalir deras meski aku mencoba setegar mungkin.
“Ini
air mata untukmu Mi..yah..ini air mata untukmu, untukmu selalu sampai
kiamat..air mata ini tidak akan pernah kuberikan pada siapapun..air mata ini
hanya untukmu,” bisiku berulang dalam hati.
Waktu
terus berlalu, bayangan Ami selalu menari nari dibola mataku. Begitu sulit aku
untuk mengindar dari bayang bayang dirinya. Dan akupun mencari pelampiasan
kekesalanku yang teramat ini. Akupun mulai mencari wanita wanita untuk
menghibur diriku. Beberapa wanita kujadikan pengganti sosok Ami tersayangku.
Akupun sering membawa para wanita yang kuinginkan dari satu hotel ke hotel lain
yang bertebaran di kota Batam. Tapi bayang bayang Ami tetap hadir.
“Maaf
dek, saya tidak bisa melakukan, nih tip buat kamu, pulanglah,” ucapku pada setiap wanita yang
ku boking.
“Yah
bang, rugila abang, sudah dibayar kok gak di pakek, aneh abang ni,” ucap wanita
wanita itu.
“Tidak
apa apa, pergilah dari sini,” ucapku memaksa.
“Ya
deh,” ujar wanita itu dan berlalu, dan air matakupun menetes mengingat Ami,
dirinya telah terpatri kuat dalam diriku.
“Air
mata ini untukmu, Ami, apa kamu selalu ingat diriku, kamu tidak tahu air mata
ini hanya untukmu,” ujarku berbisik dalam hati.
Terasa
sulit, aku tidak mampu melupakan Ami tersayangku. Hingga aku suatu saat pergi
ke Pulau Bali. Mabuk mabukan dan wanita penghibur di pulau dewata itu tetap tidak mampu menggantikan
sosok Ami tersayangku. Minuman keras dan wanita penghibur nyatanya menambah
membangkitkan daya kekuatan otakku mengingat Ami tersayangku. Meski empat hari
di pulau Bali namun bayang bayang Ami tetap mengurung kehidupan bebasku.
Hingga
sepulangku dari Bali kusempatkan menitipkan oleh oleh untuk Ami tersayangku.
Dari hari ke hari aku terus tetap tegar meski tetesan air mata selalu menetes.
Dan selalu kubisikan jika Air mata ini hanya untukmu, Ami tersayang.
Hingga
beberapa tahun kemudian hidup dalam kekangan bayang bayang Ami dengan derai tetes air
mata untuknya. Dan tanpa kuduga suatu hari aku bertemu dengan Ami. Tapi kali ini Ami bergandengan
dengan seorang pria lain, bukan pria bermobil mewah yang dulu sering kupergoki
bersama Ami. Melihatku Ami mengejarku dan meninggalkan pria itu yang terbengong
memperhatikan Ami yang berlari kecil ke arahku.
“Apa
kabar bang,” ucap Ami sambil menyalami ku.
“Baik,”
jawabku berusaha tegar.
“Siapa
tuh,” tanyaku penasaran.
“Calon
suamiku bang,” ujarnya.
“Sudah
ya bang, tuh sudah ditunggunya,” ujarnya sambil berlalu.
Sejak
pertemuan itu, entah sebab apa aku dapat mengubur sementara perasaan cintaku dengan Ami
meski sesekali air mataku menetes tanpa kusadari..yah..air mata ini hanya
untukmu Mi, sampai kiamat.
Dua
minggu sebelum pernikahan Ami tanpa ku duga lagi lagi aku bertemu Ami di sebuah
toko roti bersama calon suaminya. Ami tersayang langsung menghampiriku dan
kamipun ngobrol singkat dengan suara pelan tanpa sepengetahuan calon suaminya.
“Apa
kabar bang,” sapanya.
“Baik,
seperti kamu juga,” jawabku.
“Apa
kamu sudah mengubur dalam dalam kisah cinta kita,” ucapku balik bertanya.
“Tidak
bang, aku selalu teringat abang, dan tidak pernah mengubur dan melupakan kisah cinta kita,”
jawabnya dengan wajah serius.
Akupun
menatap wajah Ami tersayangku. Dari sinar bola matanya kurasakan ada setitik
cinta yang masih tersisa untukku. Tiba tiba calon suaminya menghampiri dari
belakangku dan akupun kaget.
“Aduh
asik bener ngobrolnya,” sapanya.
“Ini
bang kenalkan kawanku,” ujarnya pada calon suami. Aku berusaha menguasai
situasi ini.
“Kenal
dimana sama Ami,” tanyanya padaku.
“Oh..dulu
kantor kami satu gedung,” ujarku sambil melempar senyum.
Takut
keceplosan bicara Ami selanjutnya cepat cepat mengajak suaminya pamit diri dari hadapanku. Dan Ami
mengundangku untuk datang ke pestanya nanti. Dan akupun menganggukan kepala
sambil tersenyum. Setelah Ami berlalu, matakupun basa oleh tetes air mata. Yah..air
mata ini untukmu, bisiku dalam hati.
“Loh,
abang nangis ya,” ujar pelayan toko roti tiba tiba.
“Ah
elo, orang lg ngantuk, semalam bergadang, jadi kurang tidur, yah matanya jadi
berair gini,” ujarku menepis rasa malu.
“Oh
gitu,” ujar pelayan itu tersenyum menggodaku dan iapun berlalu.
Sejak
saat itu akupun tidak pernah bertemu dengan Ami lagi, mungkin ia sedang
menikmati hari kebahagianya bersama suaminya. Akupun sudah dapat megontrol
diri, bayang bayang wajah Ami telah dapat kulupakan meski perasaan cinta dan
sayangku masih terasa begitu kuat. Akhirnya aku dapat menemukan jati diriku kembali.
Aku yakin cinta kami kekal sampai kiamat tiba, mungkin dikarenakan selama
hubungan percintaan dan kami tidak pernah terucap kata putus cinta dari mulut kami. Hanya, kisah
kasihku bersama Ami dan kisah cinta kami selalu datang dan pergi begitu saja tanpa ada
kabar.
Setelah
beberapa tahun kemudian, perasaan rinduku kepada Ami begitu kuat. Aku tidak
tahu apakah perasaan Ami sama denganku. Akupun berusaha mencarinya namun tidak
pernah ketemu bahkan kabarpun tidak pernah kudengar lagi. Air mataku selalu menetes.
Air Mata ini untukmu, hanya milik Ami seorang, bisiku dalam hati
Satu
tahun kemudian akhirnya aku mendapat kabar tentang Ami tersayangku. Susan
mantan seketaris kantor memberi kabar tentang Ami. Gairah hidupkupun pulih
kembali hingga akhirnya aku berhasil berkomunikasi melalui telpon genggamya.
“Apa
kabar bang,” sapanya.
“Baik,
kamu sekarang ada dimana kok gak pernah ada kabar lagi,” tanyaku.
“Biasala
bang, sekarang kan sudah punya suami,” jawabnya.
Emang
sekarang kerja dimana tuh,” tanyaku lagi.
“Di
Mall bang, main lah ke sini,” ajaknya.
“Okey
deh, di mana alamatnya, ntar kalau ada waktu datang kesana,” balasku.
“Bener
ya bang..okey,” ucapnya.
Sejak
saat itu, akupun sering mengunjungi di tempat kerjanya, bahkan kami sering
makan siang bersama. Ami masih seperti dulu, cantik dan imut. Sorot matanya
memancarkan sisa sisa cinta untuk ku. Mata kamipun selalu bertatapan. Ingin
rasanya ku kecup kening dan mengulum bibirnya yang seksi itu. Yah..aku ingin
mengulang masa masa indah percintaan seperti 9 tahun yang silam bersama Ami.
Tapi Ami kini telah berstatus istri pria lain, sedang aku masih hidup sendiri.
Meski semua itu, bersatunya kekuatan cinta yang telah mendarah daging dihati kami telah
mengalahkan segalanya, untuk bersatu kembali. Aku dan Ami telah mengikrarkan
cinta lama bersemi kembali di 12-12-2012.
Tiba tiba suara
adzan menyadarkanku dari lamunan. Tanpa kusadari aku telah terhanyut dalam lamunan yang
dipermainkan oleh deburan ombak Teluk Bemban Laut Teduh Batu Besar Batam. Akhir
dari cerita ini intinya Cinta itu akan kembali lagi karena air mata ini selalu
kupersembahkan hanya pada dirinya seorang..Yah..AIR MATA INI UNTUKMU sebagai bukti cinta sejatiku padamu!!!..
(BY: BATAM SECRET)
(BY: BATAM SECRET)